Warga Terkena Penyakit Mematikan
ISTANBUL - Relawan Turki dari Foundation for Human Rights and Freedoms and Humanitarian Relief (IHH) Recep Guzel mengadakan penyelidikan terhadap pengungsi Rohingya di kamp Bangladesh. Para pengungsi itu dikabarkan terjangkit wabah penyakit mematikan.
Menurut Guzel, ada empat kamp di Bangladesh dan dua di antaranya dikoordinasi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Wabah penyakit seperti diare, anemia, malaria dan sejumlah penyakit mematikan lainnya, menjangkit para pengungsi Rohingya.
"Meski pejabat setempat melaporkan, 20 ribu pengungsi tinggal di kamp Bangladesh, masih ada 150 ribu pengungsi di Kota Cox Bazaar. Mereka tidak mendapatkan pasokan makanan yang cukup dan akomodasi yang memadai. Kami akan meningkatkan pendistribusian bantuan dan menjalankan proyek jangka panjang untuk para pengungsi," ujar Guzel, dalam keterangan tertulis IHH yang diterima Okezone, Jumat (10/8/2012).
Selama ini, IHH mendistribusikan uang tunai dan 240 ton bahan pangan untuk para pengungsi Rohingya. Saat ini, IHH berniat untuk mempersiapkan bantuan khusus jangka panjang untuk anak-anak dan perempuan Rohingya.
Guzel menambahkan, IHH juga akan mengirimkan alat-alat dapur, makanan khusus untuk anak-anak, dan juga perlengkapan kebersihan untuk warga Rohingya. Seperti diketahui, wabah-wabah penyakit itu tersebar di kamp pengungsian karena sanitasi yang sangat buruk.
"Di Bangladesh, para pengungsi yang baru datang akan mengalami masa-masa yang sulit. Oleh karena itu, mereka akan menjadi prioritas utama karena mereka tidak membawa apapun ketika sampai di Bangladesh, kecuali pakaian yang mereka kenakan," tambahnya.
"Kebanyakan warga Rohingya yang pergi ke Bangladesh adalah perempuan dan anak-anak. Pria umumnya tewas terbunuh, dan mereka tidak sanggup membawa apapun lewat perahu. Jadi, kebutuhan seperti alat-alat dapur dan alat-alat kebersihan sangat dibutuhkan. Anak-anak juga harus mendapat pasokan makanan yang cukup agar mereka tidak jatuh sakit," tutupnya.(AUL)
Menurut Guzel, ada empat kamp di Bangladesh dan dua di antaranya dikoordinasi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Wabah penyakit seperti diare, anemia, malaria dan sejumlah penyakit mematikan lainnya, menjangkit para pengungsi Rohingya.
"Meski pejabat setempat melaporkan, 20 ribu pengungsi tinggal di kamp Bangladesh, masih ada 150 ribu pengungsi di Kota Cox Bazaar. Mereka tidak mendapatkan pasokan makanan yang cukup dan akomodasi yang memadai. Kami akan meningkatkan pendistribusian bantuan dan menjalankan proyek jangka panjang untuk para pengungsi," ujar Guzel, dalam keterangan tertulis IHH yang diterima Okezone, Jumat (10/8/2012).
Selama ini, IHH mendistribusikan uang tunai dan 240 ton bahan pangan untuk para pengungsi Rohingya. Saat ini, IHH berniat untuk mempersiapkan bantuan khusus jangka panjang untuk anak-anak dan perempuan Rohingya.
Guzel menambahkan, IHH juga akan mengirimkan alat-alat dapur, makanan khusus untuk anak-anak, dan juga perlengkapan kebersihan untuk warga Rohingya. Seperti diketahui, wabah-wabah penyakit itu tersebar di kamp pengungsian karena sanitasi yang sangat buruk.
"Di Bangladesh, para pengungsi yang baru datang akan mengalami masa-masa yang sulit. Oleh karena itu, mereka akan menjadi prioritas utama karena mereka tidak membawa apapun ketika sampai di Bangladesh, kecuali pakaian yang mereka kenakan," tambahnya.
"Kebanyakan warga Rohingya yang pergi ke Bangladesh adalah perempuan dan anak-anak. Pria umumnya tewas terbunuh, dan mereka tidak sanggup membawa apapun lewat perahu. Jadi, kebutuhan seperti alat-alat dapur dan alat-alat kebersihan sangat dibutuhkan. Anak-anak juga harus mendapat pasokan makanan yang cukup agar mereka tidak jatuh sakit," tutupnya.(AUL)
Komentar
Posting Komentar